Manchester United Krisis di Premier League 2025: Masa Depan Erik Ten Hag di Ujung Tandu

Manchester United Krisis di Premier League 2025: Masa Depan Erik Ten Hag di Ujung Tandu

Senin, 20 Oktober 2025, Oktober 20, 2025

Manchester, 21 Oktober 2025 — Krisis di Manchester United tampaknya belum berakhir. Klub raksasa asal Inggris itu kembali menuai hasil buruk di awal musim Premier League 2025/2026. Dalam 10 pertandingan terakhir, Setan Merah hanya mampu meraih dua kemenangan, empat kali seri, dan empat kekalahan. Hasil ini menempatkan mereka di posisi ke-11 klasemen sementara dengan 10 poin — posisi terburuk sejak era David Moyes pada 2013.

Ten Hag dalam Sorotan

Pelatih asal Belanda, Erik ten Hag, kembali menjadi sorotan utama. Sejak ditunjuk pada 2022, Ten Hag sempat membawa angin segar dengan menjuarai Carabao Cup 2023 dan mengembalikan identitas menyerang Manchester United. Namun, performa tim menurun drastis dua musim terakhir. Banyak pihak kini mempertanyakan apakah Ten Hag masih sosok yang tepat untuk memimpin proyek besar kebangkitan Old Trafford.

“Kami tidak bisa terus-terusan berbicara soal proyek. Kami butuh hasil nyata,” tegas legenda klub Roy Keane dalam analisis di Sky Sports. “United kehilangan intensitas, kehilangan identitas. Para pemain terlihat tidak tahu apa yang mereka lakukan di lapangan.”

Krisis Taktik dan Masalah Cedera

Salah satu masalah utama yang dihadapi United musim ini adalah inkonsistensi taktik. Ten Hag masih mencari kombinasi ideal di lini tengah setelah kehilangan Casemiro karena cedera panjang. Duet Mount dan Eriksen dianggap terlalu lembek untuk menghadapi tim-tim dengan pressing tinggi seperti Liverpool atau Arsenal.

Selain itu, pertahanan juga menjadi titik lemah. Lisandro Martínez dan Raphaël Varane bergantian absen, membuat Ten Hag sering menurunkan kombinasi darurat seperti Harry MaguireJonny Evans. Dalam lima laga terakhir, United kebobolan 12 gol, termasuk kekalahan telak 0–4 dari Manchester City di derby Manchester.

“Kita tidak bisa terus mencari alasan. Cedera memang ada, tapi tim sebesar United harus punya kedalaman skuat yang cukup,” ujar analis Premier League Jamie Carragher.

Masalah di Ruang Ganti

Isu retaknya hubungan antara Ten Hag dan beberapa pemain senior semakin memperkeruh suasana. Media Inggris seperti The Athletic dan Daily Mail melaporkan bahwa sejumlah pemain, termasuk Marcus Rashford dan Bruno Fernandes, mulai frustrasi dengan gaya kepemimpinan pelatih asal Belanda itu yang dianggap terlalu kaku dan otoriter.

“Ten Hag menuntut disiplin tinggi, tapi kadang kehilangan sentuhan manusiawi,” tulis jurnalis terkenal Fabrizio Romano di kanal YouTube-nya. “Beberapa pemain muda merasa tertekan karena sulit beradaptasi dengan sistem yang sangat detail.”

Kabar ini kian menguat setelah Ten Hag mencadangkan Rashford dalam dua pertandingan terakhir tanpa penjelasan publik yang jelas. Banyak yang menilai hubungan keduanya memburuk, seperti yang pernah terjadi antara Ten Hag dan Cristiano Ronaldo pada 2022 lalu.

Masalah Finansial dan Kepemilikan Klub

Krisis di lapangan ternyata juga beriringan dengan masalah struktural di luar lapangan. Proses akuisisi sebagian saham oleh miliarder Inggris Sir Jim Ratcliffe belum memberikan dampak signifikan. Meskipun Ratcliffe berjanji akan memperbaiki infrastruktur klub, termasuk renovasi Old Trafford dan reformasi manajemen olahraga, perubahan itu belum terasa.

“Struktur di United masih berantakan. Tidak ada arah yang jelas antara pemilik, direktur olahraga, dan pelatih,” kata jurnalis Simon Stone dari BBC Sport. “Ini bukan hanya soal taktik Ten Hag, tapi juga soal tata kelola klub.”

Di sisi finansial, United masih terikat kontrak besar dengan sejumlah pemain yang performanya tidak sesuai gaji. Gaji tinggi Antony, Sancho, dan Martial menjadi beban besar bagi klub, sementara kontribusi mereka minim. Laporan keuangan menunjukkan bahwa pengeluaran gaji klub mencapai £385 juta per tahun — salah satu yang tertinggi di dunia.

Tekanan dari Suporter

Suporter Manchester United, yang terkenal vokal, kini mulai kehilangan kesabaran. Spanduk bertuliskan “Ten Hag Out” mulai muncul di tribun Stretford End. Di media sosial, tagar yang sama sempat menjadi trending topic di Inggris usai kekalahan dari Aston Villa pekan lalu.

Namun, sebagian fans masih memberikan dukungan. “Kami tidak bisa terus memecat pelatih setiap dua tahun,” ujar Adam Clarke, ketua kelompok suporter Red Devils London. “Masalahnya lebih dalam daripada sekadar pelatih. Klub butuh restrukturisasi total.”

Siapa Pengganti Potensial?

Meski manajemen klub belum mengumumkan secara resmi, beberapa nama mulai dikaitkan dengan kursi panas Old Trafford. Di antaranya adalah Zinedine Zidane, Gareth Southgate, dan bahkan mantan pelatih Brighton, Roberto De Zerbi. Namun, sumber internal klub mengatakan bahwa pemecatan Ten Hag belum akan dilakukan dalam waktu dekat.

“Kami masih percaya pada proyek Erik. Tapi jelas, kami butuh hasil dalam 5–6 pertandingan ke depan,” ujar CEO klub Richard Arnold dalam wawancara singkat.

Statistik Mengecewakan

Data dari Opta menunjukkan bahwa Manchester United kini memiliki rata-rata penguasaan bola hanya 47% — terendah sejak era Louis van Gaal. Jumlah tembakan ke gawang juga menurun drastis, dari 16 per laga di musim 2023 menjadi hanya 9,4 di musim ini. Tingkat konversi gol (12%) menjadi yang terburuk di antara klub 10 besar Premier League.

“Mereka kehilangan agresivitas dan kreativitas. Tidak ada pemain yang benar-benar bisa mengubah permainan,” kata eks pemain United, Rio Ferdinand, di BT Sport. “Rashford kehilangan kepercayaan diri, Antony tidak efektif, dan Fernandes tampak frustrasi.”

Apa yang Harus Dilakukan United?

Para pengamat sepakat bahwa solusi untuk krisis ini tidak bisa instan. United perlu melakukan pembenahan menyeluruh mulai dari struktur rekrutmen, akademi, hingga sistem scouting. Klub juga perlu memulihkan mentalitas juara yang hilang sejak era Sir Alex Ferguson berakhir.

“Masalah utama United adalah identitas,” ujar analis taktik Michael Cox. “Mereka mencoba menjadi tim penguasaan bola, tapi tidak punya pemain untuk itu. Mereka juga tidak cukup kuat untuk bermain reaktif. Harus ada keputusan besar di akhir musim ini.”

Penutup

Krisis yang menimpa Manchester United pada musim 2025/2026 ini bukan hanya tentang hasil buruk di lapangan, tetapi juga refleksi dari kekacauan struktural yang lebih dalam. Erik ten Hag mungkin masih punya waktu untuk memperbaiki keadaan, tetapi jarum jam di Old Trafford terus berdetak. Jika situasi tidak berubah, bukan tidak mungkin kita akan menyaksikan akhir dari era Ten Hag lebih cepat dari yang diperkirakan.

Untuk saat ini, para pendukung Setan Merah hanya bisa berharap — bahwa klub kebanggaan mereka suatu hari nanti akan kembali berjaya seperti dulu. Karena di Manchester, sabar itu bukanlah kata yang sering diucapkan.

Kata kunci: Manchester United, Erik ten Hag, Premier League, Old Trafford, MU News, Krisis Klub Inggris, Berita Bola Internasional, Supersoccer News

TerPopuler