Suasana khidmat dan penuh semangat santri menyelimuti kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang, pada Rabu pagi, 22 Oktober 2025. Ribuan santri dari berbagai unit pendidikan dan lembaga pesantren berkumpul dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional (HSN) bersama momentum 80 Tahun Resolusi Jihad.
Kegiatan apel akbar ini dipimpin langsung oleh KH Abdul Hakim Mahfudz, yang akrab dipanggil “Gus Kikin”, selaku Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur (PWNU Jatim).
Di tengah barisan yang memadati lapangan utama, hadir pula tim dokumentasi dari LTN MWC NU Gudo yang secara estafet mengambil peran penting dalam merekam setiap momen kebersamaan dan semangat santri.
Momen Kebersamaan & Nilai Kebangsaan
Apel dimulai tepat pada pukul 07.30 WIB, dengan pembentukan barisan oleh petugas dari berbagai unit seperti Aliyah, Mu’allimin, SMA, dan MTs Tebuireng. Tebuireng Online
Seluruh peserta (sekitar 4.000 santri) mengikuti rangkaian kegiatan yang mencakup: penghormatan kepada pembina apel, pembacaan teks Pancasila, UUD 1945, Ikrar Santri, dan pembacaan Resolusi Jihad. Tebuireng Online
Gus Kikin dalam amanatnya mengingatkan bahwa santri masa kini tidak hanya dituntut aktif dalam kegiatan keagamaan, tetapi juga dalam menjaga persatuan bangsa, memperkuat nilai-nilai moderasi, dan
ikut membangun peradaban yang mulia. (Narasikan ulang berdasarkan amanat yang terdengar)
Nilai kebangsaan dan nuansa keislaman pesantren tampak kuat dalam pengerahan ribuan peserta — dari berbagai asrama dan unit pendidikan Tebuireng — yang mengenakan peci, sarung, dan atribut santri dengan penuh disiplin dan kekhidmatan.
Peran Dokumentasi LTN MWC NU Gudo
Di tengah kerumunan santri dan detik-detik bersejarah tersebut, tim LTN MWC NU Gudo hadir dengan kamera dan lensa, mengambil peran sebagai “penjaga jejak” acara besar ini.
Liputan visual mereka tidak hanya berfungsi sebagai dokumentasi internal, tetapi juga sebagai arsip penting yang akan digunakan untuk publikasi daring, media internal NU, dan sebagai bahan inspirasi generasi santri berikutnya.
Keikutsertaan LTN MWC NU Gudo menunjukkan bahwa pesantren dan cabang NU bukan hanya hadir dalam apel, tetapi juga aktif menghadirkan narasi visual dan historis agar nilai-nilai santri bisa diteruskan secara digital dan nyata.
Makna di Balik Momentum
Peringatan HSN 2025 yang digelar di Tebuireng ini semakin istimewa karena bertepatan dengan 80 tahun Resolusi Jihad — pengingat bahwa santri dan pesantren memiliki jejak panjang dalam perjuangan bangsa.
Tema yang diusung oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tahun ini, yakni “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Mulia”, memberikan sinyal kuat bahwa santri masa kini diharapkan tidak hanya sebagai penerus tradisi, tetapi juga pelopor inovasi dalam masyarakat modern.
Gus Kikin dalam pidatonya mengajak seluruh peserta apel untuk menjadi “pelita” di tengah arus zaman: mengakar pada tradisi pesantren, namun siap merambah ruang-ruang baru seperti teknologi, media sosial, dan ekonomi santri. Saat apel resmi ditutup dengan doa bersama dan penyerahan hadiah untuk pemenang lomba Hari Santri, barisan santri Tebuireng terlihat kembali ke asrama dengan semangat baru.
Ke depan, momentum ini menjadi basis bagi LTN MWC NU Gudo, Tebuireng, dan seluruh elemen NU di Jawa Timur untuk terus membangun dokumentasi, aktivitas sosial-keagamaan, dan inovasi pendidikan yang berakar pada tradisi tetapi menyongsong masa depan.
“Santri bukan hanya hadir di lapangan apel,” demikian ujar salah satu anggota dokumentasi, “melainkan hadir dalam setiap sendi kehidupan bangsa.”