Jakarta — Ketahanan pangan kembali menjadi fokus utama kebijakan nasional. Badan Pangan Nasional (Bapanas) mendorong sinergi lintas sektor—pemerintah, pelaku usaha, hingga koperasi—untuk membangun sistem pasok pangan yang resilient dan adil.
Perlu Kolaborasi Hulu-Hilir
Langkah-langkah kebijakan yang ditawarkan fokus pada penguatan produksi di hulu (benih unggul, pupuk bersubsidi, manajemen irigasi) serta perbaikan rantai distribusi di hilir (logistik, cold chain, dan pasar digital). Koperasi dikedepankan sebagai penghubung antara petani dan pasar ritel, sehingga nilai tambah dapat lebih besar dinikmati produsen lokal.
Digitalisasi dan Data sebagai Kunci
Bapanas mengusulkan pembuatan dashboard bahan pangan nasional yang terintegrasi, berisi stok, harga, dan arus distribusi. Data real-time ini diharapkan mengurangi keterlambatan respons pada saat terjadi fluktuasi pasokan.
Peluang Investasi dan Tantangan
Untuk pelaku usaha, terdapat peluang besar pada logistik dingin, teknologi pertanian presisi, serta platform e-commerce untuk produk agrikultur. Namun tantangan meliputi infrastruktur transportasi yang belum merata dan biaya logistik yang masih tinggi.
Implikasi Bagi Konsumen dan Petani
Jika berjalan baik, kebijakan ini bisa menurunkan volatilitas harga pangan, meningkatkan pendapatan petani, serta menjamin ketersediaan bahan pokok di seluruh wilayah. Keberhasilan akan sangat bergantung pada keberlanjutan program dan pengawasan pelaksanaannya.
— Laporan dan wawancara dengan pegiat pangan, Bapanas, serta analisis ekonomi sektor pertanian.