Doha, 21 Oktober 2025 — Timnas Jepang U-23 kembali menegaskan statusnya sebagai kekuatan utama sepak bola muda Asia setelah menundukkan Korea Selatan U-23 dengan skor 3–1 di final AFC U-23 Championship 2025 yang digelar di Stadion Al-Janoub, Doha, Qatar, Minggu malam (19/10). Kemenangan ini bukan hanya membawa Jepang mempertahankan gelar, tapi juga menegaskan dominasi Asia Timur di level usia muda.
Awal Pertandingan yang Ketat
Sejak peluit awal dibunyikan, laga berjalan dengan intensitas tinggi. Korea Selatan, yang dikenal dengan pressing cepat dan fisik kuat, langsung menekan sejak menit pertama. Namun Jepang tampil disiplin dan sabar dalam mengalirkan bola dari kaki ke kaki. Strategi pelatih Go Oiwa terbukti ampuh dalam meredam agresivitas lawan.
Gol pertama tercipta di menit ke-22 melalui kerja sama apik di sisi kiri. Ryotaro Araki berhasil menusuk ke dalam kotak penalti dan memberikan umpan terobosan kepada Keito Nakamura, yang dengan tenang menaklukkan kiper Korea Selatan, Lee Jun-ho. Skor 1–0 untuk Jepang.
Korea Selatan sempat membalas di menit ke-38 lewat tendangan bebas Kim Ji-soo yang sempat membentur pagar betis dan mengecoh kiper Jepang. Babak pertama pun berakhir imbang 1–1 dengan permainan cepat dari kedua tim.
Jepang Dominan di Babak Kedua
Memasuki babak kedua, Jepang tampil lebih agresif dan dominan. Pergantian pemain yang dilakukan Go Oiwa terbukti menjadi kunci. Ayase Ueda yang masuk menggantikan Fujita langsung memberikan dampak signifikan. Ia mencetak gol kedua Jepang di menit ke-63 melalui sundulan memanfaatkan umpan silang Koki Saito.
Korea mencoba bangkit, namun disiplin pertahanan Jepang membuat mereka frustrasi. Kombinasi lini belakang Haruki Ito dan Kaito Suzuki mampu meredam serangan balik cepat dari duo Korsel, Cho Young-wook dan Oh Se-hun. Serangan balik cepat Jepang akhirnya menghasilkan gol ketiga di menit ke-87 melalui sepakan keras Rento Takaoka dari luar kotak penalti. Skor akhir 3–1 untuk Samurai Muda.
Data Statistik dan Dominasi
Statistik pertandingan menunjukkan dominasi Jepang yang nyata. Mereka menguasai bola hingga 61%, menciptakan 14 tembakan ke gawang, dan melakukan 478 umpan akurat dengan tingkat keberhasilan 85%. Sementara Korea Selatan hanya mampu melakukan 8 tembakan dan 360 umpan sukses.
“Kami mempersiapkan diri selama dua tahun untuk turnamen ini. Fokus kami bukan hanya menang, tapi juga membangun karakter pemain muda yang siap bersaing di level dunia,” ujar pelatih Jepang, Go Oiwa, dalam konferensi pers pascalaga.
Sementara pelatih Korea Selatan, Hwang Sun-hong, mengakui keunggulan lawan. “Jepang bermain dengan disiplin taktik dan efisiensi tinggi. Kami punya peluang, tapi mereka lebih siap secara mental dan teknis,” ujarnya.
Langkah Panjang Pembinaan Jepang
Kemenangan ini menjadi bukti nyata dari sistem pembinaan jangka panjang Jepang. Federasi Sepak Bola Jepang (JFA) sudah menanamkan filosofi “Develop the Future Samurai” sejak 2016, di mana seluruh akademi dan klub J-League wajib memiliki program pemain muda yang terstruktur.
“Kami tidak hanya mencari pemain berbakat, tapi pemain yang bisa berpikir cepat dan bekerja dalam tim,” ujar Direktur Teknik JFA, Masami Ihara. “Inilah hasil dari investasi bertahun-tahun di akademi dan pelatih.”
Fakta menarik, dari 23 pemain skuad Jepang U-23 saat ini, 18 di antaranya merupakan jebolan akademi J-League, dan 9 pemain sudah berkarier di Eropa seperti Belanda, Jerman, dan Belgia. Filosofi ‘belajar keluar negeri, pulang bawa pengalaman’ menjadi strategi utama JFA dalam membangun generasi muda.
Persaingan Abadi Asia Timur
Laga Jepang vs Korea Selatan selalu menjadi duel klasik Asia Timur. Pertemuan ini merupakan final keempat antara kedua negara di level U-23 dalam sepuluh tahun terakhir. Dari empat pertemuan itu, Jepang unggul tiga kali. Rivalitas ini bukan hanya soal sepak bola, tapi juga kebanggaan nasional.
“Setiap kali melawan Korea, motivasi pemain meningkat dua kali lipat,” kata kapten Jepang, Takefusa Kubo, yang meski sudah bermain di tim senior tetap hadir mendukung dari tribun. “Kami tumbuh dalam rivalitas ini sejak muda, dan itu membuat sepak bola Asia semakin kuat.
Dampak untuk Sepak Bola Asia
Kemenangan Jepang menegaskan bahwa sepak bola Asia kini mulai menyaingi level Eropa dalam hal pengelolaan pemain muda. AFC (Konfederasi Sepak Bola Asia) bahkan menyebut Jepang sebagai model pembinaan ideal. “Mereka tidak hanya mencetak pemain, tapi juga sistem,” ujar Sekjen AFC, Dato Windsor John.
Selain Jepang dan Korea, negara-negara seperti Uzbekistan dan Arab Saudi juga menunjukkan perkembangan pesat. Namun Jepang tetap menjadi tolok ukur karena konsistensi mereka di semua level — mulai dari U-16, U-19, hingga U-23 dan senior.
Menuju Olimpiade Paris 2028
Dengan gelar juara AFC U-23 2025 ini, Jepang otomatis memastikan diri lolos ke Olimpiade Paris 2028. JFA kini menargetkan setidaknya finis di babak semifinal. “Kami ingin membawa sepak bola Asia berdiri sejajar dengan Eropa dan Amerika Selatan di panggung dunia,” ujar Go Oiwa.
Beberapa pemain seperti Keito Nakamura dan Ayase Ueda disebut-sebut akan promosi ke timnas senior dalam waktu dekat. Mereka diharapkan menjadi tulang punggung “Samurai Blue” dalam kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Reaksi Publik dan Media
Media Jepang menyambut kemenangan ini dengan euforia. Harian olahraga Sports Nippon menulis, “Samurai Muda Menaklukkan Asia Lagi,” sementara Kyodo News menyoroti ketenangan pelatih Go Oiwa yang dianggap sebagai “arsitek kebangkitan generasi baru”.
Di Korea Selatan, media justru menuntut evaluasi besar-besaran terhadap sistem pembinaan. “Kita tertinggal dalam hal taktik dan mentalitas,” tulis Yonhap News. “Waktu untuk revolusi sepak bola muda Korea sudah tiba.” Kemenangan Jepang U-23 atas Korea Selatan di Doha bukan sekadar trofi, melainkan bukti dari filosofi pembinaan yang berkelanjutan dan konsisten. Jepang menunjukkan bahwa keberhasilan tidak datang dari investasi instan, melainkan dari sistem yang rapi, mentalitas kuat, dan visi jangka panjang.
Dominasi Jepang di level usia muda menandakan masa depan cerah sepak bola Asia. Dengan generasi baru yang disiplin dan penuh semangat, Jepang kini menjadi simbol kebangkitan Asia Timur — dan mungkin, dalam waktu dekat, dunia akan melihat Samurai Muda menantang raksasa Eropa di panggung global.
Kata kunci: Jepang U-23, Korea Selatan U-23, AFC 2025, Doha, Timnas Jepang, Sepak Bola Asia, Go Oiwa, Supersoccer News